EKONOMI - Bayangkan begini, tiap hari kita bangga pamer produk luar negeri, mulai dari pakaian, makanan, bahkan sampai garam pun mesti beli dari luar! Sudah seperti kecanduan yang sulit dilepas. Lihat saja, kalau ada sedikit kebutuhan yang tidak terpenuhi, solusinya impor. Beras impor, daging impor, baju impor, mobil impor. Lama-lama, kita ini jadi bangsa yang hanya menunggu produk asing mampir di negeri sendiri. Apa nggak malu?
Coba pikirkan, apa kita mau selamanya jadi bangsa yang kerjaannya cuma menunggu dan berdagang barang impor? Kalau begini terus, mental kita bisa jadi mental calo—bisanya hanya menjual, tapi nggak pernah ikut mencipta. Sementara itu, para petani, pengrajin, dan pengusaha lokal makin terkikis daya saingnya, karena produk lokal yang sejatinya bisa kita banggakan kalah pamor dengan produk asing yang dianggap "wah."
Padahal, kalau mau jujur, segala kebutuhan kita bisa saja kok dipenuhi dari hasil bumi dan karya anak bangsa. Tapi ya, memang butuh keberanian, kemauan, dan tentu dukungan kebijakan dari pemerintah. Bukan sekadar himbauan, tapi tindakan nyata yang bikin petani dan pengusaha lokal lebih percaya diri. Kebijakan yang membuat industri lokal lebih bergairah, biar kita semua bisa menikmati beras hasil ladang kita sendiri, daging dari ternak lokal, hingga garam dari laut kita yang luas.
Bayangkan kalau tiap hari kita makan dari hasil tangan orang Indonesia sendiri, pasti ada kebanggaan tersendiri. Dengan semangat Sumpah Pemuda yang berpuluh-puluh tahun lalu digaungkan, kita ini harusnya bisa bersatu lagi untuk mencintai produk dalam negeri, bahasa kita sendiri, dan tentu, bangsa kita yang hebat ini. Jangan sampai semangat itu hanya jadi sejarah yang dilupakan, tapi jadikan pegangan untuk mengubah kebiasaan. Buat apa Sumpah Pemuda kalau kita masih bangga impor barang dari luar?
Baca juga:
Warga Serbu Minyak Goreng di Monumen Mandala
|
Presiden Prabowo punya tantangan besar di sini. Pemerintah harus bisa bikin kebijakan yang bukan cuma manis di mulut, tapi terasa sampai ke sendi-sendi ekonomi rakyat. Kalau memang nasionalisme itu penting, tunjukkan dengan langkah nyata! Jangan cuma berhenti di pidato, tapi wujudkan dengan program-program yang jelas arahnya, biar bangsa ini nggak sekedar jadi pasar produk impor, tapi juga bisa mandiri di tanahnya sendiri.
Ayo, mulai dari diri sendiri, cintai produk lokal, hargai hasil kerja saudara sebangsa. Kalau bukan kita yang bangga, siapa lagi?
Jakarta, 28 Oktober 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi