BULELENG - Paruman Desa Adat Tunju yang terletak di kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, dalam rangka menyambut hari raya Penyepian bagi umat Hindu yang jatuh pada hari Kamis (23/03/2023) dilaksanakan pada hari Sabtu (11/03/2023) di Pura Desa Puseh, Desa Tunju, Seririt, Kabupaten Buleleng.
Baca juga:
Rudi Lantik PD DMI Kabupaten Lingga
|
Putu Budhiana, SE., selaku Kertha Desa Adat Tunju menyampaikan kepada awak media soal dualisme yang terjadi, dirinya menolak untuk membahas isu yang beredar di masyarakat Adat Tunju.
Bandesa Adat Desa Adat Tunju yang sudah habis masa baktinya juga menjadi kendala tersendiri. Tetapi dalam adat kebiasaan atau Desa Mawa Cara Desa Adat Tunju adalah dapat digantikan sementara.
" Saya sebagai Kertha Desa yang sah dan ber-SK, itu hanya isu saja. Tetapi menurut petunjuk MDA Kabupaten atau Provinsi Bali bila terjadi kekosongan Adat (Bandesa) karena habis masa baktinya maka pelaksanaan upacara untuk menyambut hari raya Nyepi adalah Mangku Tri Khayangan, " ungkapnya, Sabtu (11/03/2023).
Jro Mangku Ketut Sugindra selaku pemangku di di Pura Desa Puseh, Desa Tunju, Seririt, Kabupaten Buleleng ini, yang ditunjuk sebagai pelaksana sementara karena belum adanya pengganti Bendesa Adat Desa Adat Tunju.
Ia juga menjelaskan bahwa hasil dari Paruman Desa Adat Tunju yang dihadiri oleh Kelian Dadia utawi Merajan/Sanggah, Pemangku Sanggah/Merajan, PHDI juga diundang, semua hadir dan Pemangku Tri Kahyangan juga ikut hadir dalam Paruman tersebut.
Kegiatan tersebut juga membahas tentang perayaan Ogoh - ogoh dalam menyambut perayaan Hari Raya Nyepi nanti.
Ia menjelaskan bahwa Ogoh - ogoh itu adalah simbol dari Butha Kala (mahluk astral) sesuai kepercayaan Destra Adat Bali. Kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh pemuda - pemudi di Bali ini diharapkan diadakan pada siang hari.
" Saya sarankan Ogoh - ogoh itu jangan di Pasupati oleh Bebantenan atau sebagainya, biarkan bentuknya seperti dibuat (dibentuk sesuai kreatifitas) dan dapat ditaruh dimana saja tanpa ada pasupati "
Ia juga menerangkan bahwa tidak ada hubungannya perayaan pecaruan Hari Raya Nyepi dengan Ogoh - ogoh dan itu dikatakannya sekedar atraksi semata.
" Jadi Bhuta Kala (simbol Ogoh - ogoh) itu ditebar sebelum mengadakan pecaruan di Catus Patha (perempatan jalan), kemudian masyarakat melanjutkan dengan acara membersihkan desa dengan Tirtha dari pemerintah "
Ia juga menyarankan dalam perayaan arakan nanti pemandu sebaiknya tidak mengajak untuk minum - minuman beralkhohol, agar menghindari adanya gesekan.
" Kesepakatannya dari Jam 1 sampai jam 3 (13.00 - 15.00 Wita) lalu berlanjut dengan pecaruan di Catus Patha sampai Jam 6 (18.00 wita), " ujarnya.
Menemui Jro Mangku Sugindra menyatakan hal yang senada.
" Semoga perayaaan kali ini dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan, bila ada silang pendapat atau pendapat yang berbeda mari sama - sama diselesaikan dengan baik, " pungkasnya. (Ray)